Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama dengan tema Sekitar Rumahku.
Rumah yang
sekarang saya tempati ini sebenarnya adalah rumah idaman bagi kami. Bukan karena
desainnya yang bagus ataupun bangunannya yang kokoh. Melainkan strategis namun
tetap berada dalam nuansa perdesaan. Pada saat membuka mata, saya membuka
jendela, hems udara sejuk terasa menyapa diiringi dengan nyanyian burung pipit
yang semakin menambah semangat membuka hari.
Seolah melengkapi
kebahagiaan kami. Di kanan kiri rumah ada beberapa pepohonan cangkok’an yang di
tanam. Mulai dari buah-buahan mangga, kedondong, belimbing, jambu air, jambu
biji, tebu. Juga sayuran dan bumbu-bumbu serta tanaman palawija. Sungguh bersyukur
rasanya memiliki segala kelengkapan ini. mungkin bagi yang terbiasa memiliki segalanya
seperti ini tidak akan merasakan kebahagiaan seperti saya yang pertama kali
datang langsung bersorak-sorai bahagia. Terlebih beberapa buah yang ada seperti
tak kenal musim, selalu ada aja yang masak untuk disantap langsung matang dari
pohon.
Tapi boleh
jadi di pagi hari sampai sore hari saya boleh menikmati kebahagiaan ini, tetapi
di malam hari? Setelah magrib menjelang, suasana di sekitar rumah saya sepi. Saking
sepinya saya harus menuliskan dengan kata suepii.
Tak ada suara
mobil atau motor yang lewat. Kebetulan beberapa rumah milik tetangga saya
memang hanya pada weekend ditinggali jadi pada hari-hari biasa begini hanya
lampu –lampu kecil berukuran lima watt yang menyinari teras rumah mereka.
Hanya bunyi
jangkrik serta beberapa hewan malam yang menambah semarak malam pertama kami
tinggal disini. Tapi, entah mengapa di tengah ketakutan yang tiba-tiba saja
saya miliki telingga saya menangkap bunyi lolongan anjing yang tak lazim. Saya katakan
tak lazim karena lolongan itu sangat panjang. Seperti di film-film horor, ugh
makin berdirilah bulu kuduk saya. Tapi syukurlah, ketika malam berganti malam
dan beberapa kejadian janggal yang konon katanya sebagai perkenalan dengan
warga baru (apaan sih?) kami bisa tinggal dengan nyaman, bobok dengan nyenyak.
Selain kenyamanan lingkungan
serta agak horor, letak rumah ini terbilang strategis. Sangat amat strategis
kalau bagi suami saya. Bayangkan saja, hanya dengan tempo waktu tak lebih dari
lima menit sudah sampai dengan selamat di kantornya yang tercinta, dengan jalan
kaki lho. Saya saja terkadang merasa sangat aman, gimana tidak, terkadang bila
kangen (hya ela hari gini? kaya penganten baru aja pakai acara kangen di jam
kerja ckckck) saya hanya perlu keluar dari pagar rumah, lalu melongokan kepala
lebih panjang lalu mengamati kantornya, kalau beruntung pasti dari jauh
terlihat suami tercinta yang memang punya hobby jalan-jalan sembari sok sibuk
mengawasi dari kantor ke lab dan begitu bolak-balik.
Untuk berbelanja kebutuhan
sehari-hari meskipun tak ada mini market yang lengkap seperti kalau tinggal di
tengah kota. Masih ada toko kelontongan kecil milik beberapa warga sekitar. Sementara
untuk sayuran segar, ada dua bapak-bapak yang membawa sayur keliling memakai
sepeda motor. Jadi selama bersyukur dan merasa cukup tak ada yang perlu
disesali dan dirutuki tinggal disini sebenarnya.
Tak mengurangi kenyamanan
acces, hanya perlu lima menit ke arah belakang rumah kami menemukan pelabuhan
tikus yang dibilang orang karena bukan pelabuhan resmi. Tapi lumayan rame
dengan kapal-kapal kecil nelayan yang berlabuh serta menjadi ajang mancing
mania bagi para pecinta mancing. Yang sangat disukai pemancing biasanya udang
galah yang lumayan besar bagi yang beruntung. Saya sendiri lebih menyukai
memakannya daripada memancing he he.
Oh ya, semenjak tinggal disini
kami memiliki hobby baru. Main badminton. Memanfaatkan jalan raya di depan
rumah yang di sore hari menjelang pukul setengah enam sore sudah sepi. Tak terasa
dulu yang awalnya memukul bola saja suka lepas-lepas kini hampir bisa menyamai
permainan suami. Benar-benar hasil yang memuaskan.
Tak kurang syukur kami juga,
setelah sekian lama kami berdua main badminton di depan rumah. Kegiatan ini
diikuti juga oleh beberapa warga sekitar, ada yang melatih anak-anak mereka ada
juga yang bermain berdua sesama laki-laki. Semoga virus doyan olahraga ini
terus ada meski kami kelak nggak lagi tinggal disini.
semoga musim angin dan musim hujan seperti sekarang ini tidak menghalangi badminton tiap sore di rumahnya mbak
ReplyDeletebetul semingguan ini suka angin kalo sore, disiasati mainnya mendekati jam 6 sore saat matahari nggak lagi ada, tapi sebentar banget mainnya, soalnya menjelang magrib
ReplyDelete