Sunday 14 April 2013

Rumah penuh cinta




Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama dengan tema Sekitar Rumahku.
Rumah yang sekarang saya tempati ini sebenarnya adalah rumah idaman bagi kami. Bukan karena desainnya yang bagus ataupun bangunannya yang kokoh. Melainkan strategis namun tetap berada dalam nuansa perdesaan. Pada saat membuka mata, saya membuka jendela, hems udara sejuk terasa menyapa diiringi dengan nyanyian burung pipit yang semakin menambah semangat membuka hari.




Seolah melengkapi kebahagiaan kami. Di kanan kiri rumah ada beberapa pepohonan cangkok’an yang di tanam. Mulai dari buah-buahan mangga, kedondong, belimbing, jambu air, jambu biji, tebu. Juga sayuran dan bumbu-bumbu serta tanaman palawija. Sungguh bersyukur rasanya memiliki segala kelengkapan ini. mungkin bagi yang terbiasa memiliki segalanya seperti ini tidak akan merasakan kebahagiaan seperti saya yang pertama kali datang langsung bersorak-sorai bahagia. Terlebih beberapa buah yang ada seperti tak kenal musim, selalu ada aja yang masak untuk disantap langsung matang dari pohon.



Tapi boleh jadi di pagi hari sampai sore hari saya boleh menikmati kebahagiaan ini, tetapi di malam hari? Setelah magrib menjelang, suasana di sekitar rumah saya sepi. Saking sepinya saya harus menuliskan dengan kata suepii.
                  
Tak ada suara mobil atau motor yang lewat. Kebetulan beberapa rumah milik tetangga saya memang hanya pada weekend ditinggali jadi pada hari-hari biasa begini hanya lampu –lampu kecil berukuran lima watt yang menyinari teras rumah mereka.

Hanya bunyi jangkrik serta beberapa hewan malam yang menambah semarak malam pertama kami tinggal disini. Tapi, entah mengapa di tengah ketakutan yang tiba-tiba saja saya miliki telingga saya menangkap bunyi lolongan anjing yang tak lazim. Saya katakan tak lazim karena lolongan itu sangat panjang. Seperti di film-film horor, ugh makin berdirilah bulu kuduk saya. Tapi syukurlah, ketika malam berganti malam dan beberapa kejadian janggal yang konon katanya sebagai perkenalan dengan warga baru (apaan sih?) kami bisa tinggal dengan nyaman, bobok dengan nyenyak.


Selain kenyamanan lingkungan serta agak horor, letak rumah ini terbilang strategis. Sangat amat strategis kalau bagi suami saya. Bayangkan saja, hanya dengan tempo waktu tak lebih dari lima menit sudah sampai dengan selamat di kantornya yang tercinta, dengan jalan kaki lho. Saya saja terkadang merasa sangat aman, gimana tidak, terkadang bila kangen (hya ela hari gini? kaya penganten baru aja pakai acara kangen di jam kerja ckckck) saya hanya perlu keluar dari pagar rumah, lalu melongokan kepala lebih panjang lalu mengamati kantornya, kalau beruntung pasti dari jauh terlihat suami tercinta yang memang punya hobby jalan-jalan sembari sok sibuk mengawasi dari kantor ke lab dan begitu bolak-balik.

Untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari meskipun tak ada mini market yang lengkap seperti kalau tinggal di tengah kota. Masih ada toko kelontongan kecil milik beberapa warga sekitar. Sementara untuk sayuran segar, ada dua bapak-bapak yang membawa sayur keliling memakai sepeda motor. Jadi selama bersyukur dan merasa cukup tak ada yang perlu disesali dan dirutuki tinggal disini sebenarnya.

Tak mengurangi kenyamanan acces, hanya perlu lima menit ke arah belakang rumah kami menemukan pelabuhan tikus yang dibilang orang karena bukan pelabuhan resmi. Tapi lumayan rame dengan kapal-kapal kecil nelayan yang berlabuh serta menjadi ajang mancing mania bagi para pecinta mancing. Yang sangat disukai pemancing biasanya udang galah yang lumayan besar bagi yang beruntung. Saya sendiri lebih menyukai memakannya daripada memancing he he.
 


Oh ya, semenjak tinggal disini kami memiliki hobby baru. Main badminton. Memanfaatkan jalan raya di depan rumah yang di sore hari menjelang pukul setengah enam sore sudah sepi. Tak terasa dulu yang awalnya memukul bola saja suka lepas-lepas kini hampir bisa menyamai permainan suami. Benar-benar hasil yang memuaskan.

Tak kurang syukur kami juga, setelah sekian lama kami berdua main badminton di depan rumah. Kegiatan ini diikuti juga oleh beberapa warga sekitar, ada yang melatih anak-anak mereka ada juga yang bermain berdua sesama laki-laki. Semoga virus doyan olahraga ini terus ada meski kami kelak nggak lagi tinggal disini.



 




2 comments:

  1. semoga musim angin dan musim hujan seperti sekarang ini tidak menghalangi badminton tiap sore di rumahnya mbak

    ReplyDelete
  2. betul semingguan ini suka angin kalo sore, disiasati mainnya mendekati jam 6 sore saat matahari nggak lagi ada, tapi sebentar banget mainnya, soalnya menjelang magrib

    ReplyDelete